Cambridge Analytica, Pencuri Data Pengguna Facebook di Pemilu AS

Ilustrasi Facebook dan Amerika Serikat. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
Tim pemenangan Trump dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat 2016 telah menyewa jasa Cambridge Analytica. Perusahaan ini kemudian menghalalkan segala cara dan dalam laporan terbaru, Cambridge Analytica menjalankan praktik peretasan data pribadi lebih dari 50 juta pengguna Facebook demi mencapai tujuan politik Trump dan Partai Republik, lalu menggilas pesaing besarnya, Hillary Clinton dari Partai Demokrat.
Ia adalah anak usaha dari Strategic Communication Laboratories (SCL Group). Orang kunci dari Cambridge Analytica adalah Alexander Nix (42) yang bergabung ke SCL Group pada 2003 setelah menyelesaikan studi di Manchester University. Dari sini Nix mulai membangun jaringan bisnis politik.
Baca Juga :
Sebagai perusahaan analisis data, tentu saja Nix dan rekan-rekannya melakukan cara-cara digital untuk mencapai target para klien, termasuk lewat media sosial.
Perusahaan yang dibangun pada 2013 tersebut mengklaim dapat menganalisis data publik dalam jumlah besar dan mengkombinasikannya dengan tingkah laku. Hal ini bertujuan mengidentifikasi individu atau kelompok yang dapat dijadikan target pemasaran.
Sejauh ini Cambridge Analytica telah memiliki lima kantor cabang yang berada di London, New York dan Washington DC di AS, Sao Paulo di Brasil, dan Selangor di Malaysia.
Cambridge Analytica. (Foto: Cambridge Analytica)
Peran Cambridge Analytica dalam Pemilu AS 2016
Terkait perannya dalam pemilu AS 2016, Cambridge Analytica secara ilegal memperoleh informasi pribadi dari pengguna Facebook di awal 2014. Hal ini dilakukan untuk menciptakan sebuah program perangkat lunak yang dapat digunakan untuk memprediksi dan mempengaruhi pilihan para pemilih di kotak suara.
Menurut pengakuan Christopher Wylie, seorang whistleblower, sekaligus sosok yang ikut mendirikan Cambridge Analytica, sistem perangkat lunak yang mereka ciptakan mampu menjejali lini masa para pengguna Facebook –yang datanya telah dicuri– dengan iklan-iklan politik.
Christopher Wylie. (Foto: YouTube The Guardian)
Sementara menurut pendiri Cambridge Analytica, Alexander Nix, upayanya dalam memanipulasi pemilu AS itu dilakukan “untuk mengisi kekosongan di pasar politik Partai Republik AS”.
Reaksi Amerika Serikat dan Inggris
Aparat penegak hukum di Amerika Serikat telah mendengar soal kasus ini. Jaksa Agung Negara Bagian Massachusetts, Maura Healey, berkata pihaknya akan segera memulai investigasi atas terbongkarnya kasus pencurian data tersebut.
Komisi Informasi Kerajaan Inggris, The United Kingdom’s Information Commission, pada Sabtu (17/3) juga mengumumkan pihaknya akan segera memulai proses investigasi terhadap Cambridge Analytica.
Ilustrasi Facebook di Amerika Serikat. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
Kasus pencurian data yang dilakukan oleh Cambridge Analytica ini merupakan salah satu pencurian data terbesar dalam sejarah Facebook.
Facebook sendiri telah mengambil langkah tegas menangguhkan aktivitas Cambridge Analytica setelah menemukan kebijakan data pribadi mereka dilanggar. Dengan penangguhan tersebut, Cambridge Analytica dan perusahaan induknya, SCL Group, tidak bisa menampilkan iklan atau mengelola akun milik klien mereka.